Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Jawa Tengah menggelar Focus Discussion (FGD) dengan tema Pemilu Serentak 2019 di era digital yang bertempat di Patra & Convention Hotel, Kamis pagi (4/4). Kami turut hadir dalam daftar undangan sebagai bloger.
Terakhir kali kami mendapatkan undangan dengan tema diskusi soal pemilu pada bulan Desember 2017. Lama sekali. Dan waktu itu penyelenggaranya adalah Panwas Kota Semarang yang mengusung tema sosialisasi pengawasan pemilu partisipatif.
Kami pikir bakal tidak ada undangan lagi setelah sempat sebelumnya diundang dengan tema pemilu namun karena waktu tidak cocok, gagal mengikuti jadinya.
Apalagi di era digital sekarang ini, bloger tentu bisa terlibat dalam kampanye sosialisasi soal pemilu yang akan berlangsung tanggal 17 April 2019.
Netizen, Komunitas hingga BEM Kampus
Dalam daftar undangan, selain kami mewakili bloger, hadir pula perwakilan komunitas hingga BEM Kampus di Semarang. Kurang lebih 30 peserta yang hadir. Termasuk rekan-rekan bloger Semarang yang turut meramaikan.
Melawan Hoaks
Dunia maya itu asyik, dunia nyata juga seru. Pikir dulu sebelum gunakan jarimu. Sekali ketik, jejak digital sulit ditarik. Begitulah pesan awal slide persentasi dari pembicara pertama, mas Farid Zamroni dari MAFINDO.
MAFINDO sangat pas membawakan tema pertama ini karena memang konsen soal hoax, seperti arti namanya 'Masyarakat Anti Hoax Indonesia' (MAFINDO). Ini adalah kali pertama pertemuan kami dengan organisasi masyarakat yang dalam visinya ingin bergerak secara independen.
Tinggalkan sejenak seluk beluk MAFINDO, karena kami ingin mengulik sedikit isi materi selama acara yang dapat kami bagikan lewat blog dotsemarang ini.
Mengapa kita bisa kena Hoaks? Salah satunya yang dianggap paling berpengaruh adalah rendahnya kualitas literasi. Maka tak heran, orang-orang yang memiliki pendidikan tinggi pun dapat terkena. Lalu, efek polarisasi/eco chambers karena masalah politik dan SARA. Dan terakhir, media partisipan.
Ada 5 alasan motif seseorang menyebarkan hoax. Uang, politik, ideologi, kebencian hingga iseng adalah daftar dari alasan tersebut.
MAFINDO juga memaparkan data-data seputar hoax dan contoh hoax politik. Bahkan dalam rentang waktu Januari hingga Desember 2018, mereka mendapatkan seribuan hoax yang berhasil dikumpulkan. Paling banyak dibagian ada pada politik, agama dan lainnya.
Untuk mengenali hoax, kita sebaiknya jangan langsung percaya dan dibagikan. Selalu ingat 5W1H, (Why, Who, What, Where, When dan How).
Bahkan MAFINDO meluncurkan aplikasi untuk melawan hoaks, yakni Hoax Buster Tools yang sudah tersedia di Play Store.
Peran Media Sosial di Tahun Politik
Pembicara kedua datang dari Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Tengah, Ibu Riena Retraningrum. Beliau selain memaparkan materi, juga mengenalkan akun media sosial yang dikelola Dinas Kominfo Jawa Tengah. Jangan heran di era sekarang, pemerintahan pun menggunakan media sosial seperti kalian.
Materi yang dibawa juga masih menyinggung soal Hoax, dan bagaimana media sosial dapat mengubah pola pikir masyarakat.
Media sosial bermanfaat sekali untuk hal-hal positif, termasuk dalam tahun politik sekarang ini. Menjadi media iklan untuk berpromosi atau menggelar kampanye online.
Jejak digital itu kejam, kawan! Salah satu slide yang menarik untuk direnungi bersama. Jangan sampai media sosial yang kita gunakan menjadi bumerang dan dikenang buruk oleh banyak pengguna.
Soal hoax, menurut data dari situs DailySocial.id tahun 2018 yang dijadikan bahan persentasi, menaruh Facebook diurutan teratas. Disusul WhatsApp ditempat kedua, Instagram, Line dan Twitter.
Hoax juga dapat mempengaruhi pikiran dan sikap seseorang bila dipercayai. Terutama masyarakat yang fanatik, mereka lebih mudah terkena hoax.
Upaya pencegahan dilakukan sebenarnya oleh Kemkominfo hingga Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Masyarakat tak perlu khawatir, karena banyak sekali jalur pelaporan aduan konten. Seperti Twitter @aduankonten atau aduankonten.id.
Materi yang dibawa juga masih menyinggung soal Hoax, dan bagaimana media sosial dapat mengubah pola pikir masyarakat.
Media sosial bermanfaat sekali untuk hal-hal positif, termasuk dalam tahun politik sekarang ini. Menjadi media iklan untuk berpromosi atau menggelar kampanye online.
Jejak digital itu kejam, kawan! Salah satu slide yang menarik untuk direnungi bersama. Jangan sampai media sosial yang kita gunakan menjadi bumerang dan dikenang buruk oleh banyak pengguna.
Soal hoax, menurut data dari situs DailySocial.id tahun 2018 yang dijadikan bahan persentasi, menaruh Facebook diurutan teratas. Disusul WhatsApp ditempat kedua, Instagram, Line dan Twitter.
Hoax juga dapat mempengaruhi pikiran dan sikap seseorang bila dipercayai. Terutama masyarakat yang fanatik, mereka lebih mudah terkena hoax.
Upaya pencegahan dilakukan sebenarnya oleh Kemkominfo hingga Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Masyarakat tak perlu khawatir, karena banyak sekali jalur pelaporan aduan konten. Seperti Twitter @aduankonten atau aduankonten.id.
Artikel terkait :
- Selamat Datang Tahun Politik 2019
- Panwas Kota Semarang Gelar Sosialisasi Pengawasan Pemilu Partisipasif
- Semarang Kota Pertama Vivo Roadshow V15 Go Up
- Ini Daftar Pemenang Gebyar Undian 2018 dari Jaya Metro Semarang
- Lainnya
Informasi Kerjasama
Hubungi lewat email dotsemarang@gmail.com
Atau klik DI SINI untuk detail lebih lengkap
Post a Comment