Tujuan acara buka puasa kali ini adalah hotel yang satu manajemen dengan Harris Hotel yakni The Wujil Resort & Conventions yang berada di Ungaran. Jaraknya tidak tanggung-tanggung (Kabupaten Semarang). Jika gunakan transportasi online, bisa jebol kantong kami.
Selasa menjelang sore (14/5), kami memutuskan berangkat dari halte Trans Semarang yang berada di jalan Majapahit menuju kawasan Pemuda. Di sana, saran petugas bus buat kami bila ingin naik bus Trans Jateng.
Strategi waktu itu sangat penting
Bila menggunakan kendaraan sendiri tentu tidak masalah. Pengalaman pertama menggunakan Trans Jateng menurut kami sangat penting. Terutama dari sisi konten.
Kami lupa bahwa Ungaran dari Semarang itu jauh. Undangan buka bareng adalah jam 5 sore. Dan kami sudah menunggu di halte jam 3 sore lebih.
Tantangannya di sini, kedatangan bus Trans Semarang memerlukan waktu yang tidak diprediksi. Kali ini begitu lama untuk kami yang ingin sampai tepat waktu.
Akhirnya yang ditunggu tiba. Dalam perjalanan, macet dan berhenti menaikkan dan menurunkan penumpang adalah hal yang harus diperhitungkan untuk efisiensi waktu.
Setelah tiba di halte Trans Jateng yang lebih kecil dari halte Trans Semarang yang ada di jalan Pemuda, kami sadar bahwa strategi waktu sangat penting untuk perjalanan berikutnya.
Tidak menerima GoPay
Kami masih merasa gelisah meski sudah menunggu di halte Trans Jateng. Ternyata butuh waktu juga menunggu kedatangan bus. Kebanyakan bus Trans Semarang yang berhenti di halte sebelah.
Setelah bus yang ditunggu tiba, kami beserta beberapa penumpang yang tidak banyak ini sudah berada di dalam bus.
Karena pertama kali kami masih berpikir pembayaran seperti naik bus Trans Semarang, yakni menggunakan GoPay.
Harapan kami untuk lebih mudah dan lebih hemat (biasanya dapat potongan 50%) rupanya tidak tersampaikan.
"Maaf mas, pakai uang biasa saja", kata petugas.
Wajah kami langsung berubah dan kemudian sedikit tenang bahwa uang di dompet kami masih ada yang biasa. Maksudnya bukan uang elektroinik.
Jarak yang panjang, waktu yang terbuang
Jam di ponsel kami sudah menunjukkan pukul setengah 5 sore. Ah kacau kalau begini. Mungkin pemikiran kami harus diubah untuk bisa datang saja udah syukur, ketimbang mau datang tepat waktu.
Dalam perjalanan, jalur bus Trans Jateng yang masih berada di Semarang sebenarnya sama saja dengan jalur Trans Semarang untuk menaikkan penumpang atau pun menurunkan.
Karena halte yang dekat dengan hotel The Wujil itu berada di Ungaran, bus Trans Jateng tiap bertemu halte, maka tentu harus berhenti.
Entah berapa banyak halte yang disinggahi. Tiap beberapa kilometer, selalu ada halte dan waktu yang mau tidak mau harus dibuang.
Halte The Wujil
Dengan membayar 4 ribu rupiah, ternyata naik harganya, akhirnya kami tiba di halte dekat hotel The Wujil. Meski terlambat, kami sampai juga.
Ada dua pemandangan yang menarik perhatian kami. Halte yang menjadi pemberhentikan kami ini rasanya kurang menarik. Tidak ada atap dan fasilitas tempat duduk pada umumnya.
Pemandangan kedua adalah suasana sore menjelang buka puasa di jalan. Banyak muda-mudi sedang ngabuburit yang diikuti penampilan semacam marching band dan bagi-bagi takjil.
Saat pulang, tidak memungkinkan menggunakan bus Trans Jateng kembali, kami ikut patungan membayar transportasi online bareng para bloger. Meski lebih mahal dari harga tiketing bus, setidaknya tidak ribet menuju pulang.
..
Perjalanan kami selesai sudah dengan sampai tujuan dengan selamat. Begitulah pengalaman kami kali ini yang pertama kali naik bus Trans Jateng.
Meski terlambat, kami menikmati setiap perjalanan. Menyenangkan tentu saja untuk mendapatkan pengalaman. Menyedihkan, selalu ada dalam cerita.
Di masa depan, maksud kami bila ada perjalanan seperti ini lagi keluar dari Semarang, kami harus memikirkan durasi waktunya.
Hemat boleh saja berharap, namun tanpa strategi waktu dan kondisi (baca keuangan), bisa saja ceritanya jadi berbeda.
Selasa menjelang sore (14/5), kami memutuskan berangkat dari halte Trans Semarang yang berada di jalan Majapahit menuju kawasan Pemuda. Di sana, saran petugas bus buat kami bila ingin naik bus Trans Jateng.
Strategi waktu itu sangat penting
Bila menggunakan kendaraan sendiri tentu tidak masalah. Pengalaman pertama menggunakan Trans Jateng menurut kami sangat penting. Terutama dari sisi konten.
Kami lupa bahwa Ungaran dari Semarang itu jauh. Undangan buka bareng adalah jam 5 sore. Dan kami sudah menunggu di halte jam 3 sore lebih.
Tantangannya di sini, kedatangan bus Trans Semarang memerlukan waktu yang tidak diprediksi. Kali ini begitu lama untuk kami yang ingin sampai tepat waktu.
Akhirnya yang ditunggu tiba. Dalam perjalanan, macet dan berhenti menaikkan dan menurunkan penumpang adalah hal yang harus diperhitungkan untuk efisiensi waktu.
Setelah tiba di halte Trans Jateng yang lebih kecil dari halte Trans Semarang yang ada di jalan Pemuda, kami sadar bahwa strategi waktu sangat penting untuk perjalanan berikutnya.
Tidak menerima GoPay
Kami masih merasa gelisah meski sudah menunggu di halte Trans Jateng. Ternyata butuh waktu juga menunggu kedatangan bus. Kebanyakan bus Trans Semarang yang berhenti di halte sebelah.
Setelah bus yang ditunggu tiba, kami beserta beberapa penumpang yang tidak banyak ini sudah berada di dalam bus.
Karena pertama kali kami masih berpikir pembayaran seperti naik bus Trans Semarang, yakni menggunakan GoPay.
Harapan kami untuk lebih mudah dan lebih hemat (biasanya dapat potongan 50%) rupanya tidak tersampaikan.
"Maaf mas, pakai uang biasa saja", kata petugas.
Wajah kami langsung berubah dan kemudian sedikit tenang bahwa uang di dompet kami masih ada yang biasa. Maksudnya bukan uang elektroinik.
Jarak yang panjang, waktu yang terbuang
Jam di ponsel kami sudah menunjukkan pukul setengah 5 sore. Ah kacau kalau begini. Mungkin pemikiran kami harus diubah untuk bisa datang saja udah syukur, ketimbang mau datang tepat waktu.
Dalam perjalanan, jalur bus Trans Jateng yang masih berada di Semarang sebenarnya sama saja dengan jalur Trans Semarang untuk menaikkan penumpang atau pun menurunkan.
Karena halte yang dekat dengan hotel The Wujil itu berada di Ungaran, bus Trans Jateng tiap bertemu halte, maka tentu harus berhenti.
Entah berapa banyak halte yang disinggahi. Tiap beberapa kilometer, selalu ada halte dan waktu yang mau tidak mau harus dibuang.
Halte The Wujil
The Wujil
Dengan membayar 4 ribu rupiah, ternyata naik harganya, akhirnya kami tiba di halte dekat hotel The Wujil. Meski terlambat, kami sampai juga.
Ada dua pemandangan yang menarik perhatian kami. Halte yang menjadi pemberhentikan kami ini rasanya kurang menarik. Tidak ada atap dan fasilitas tempat duduk pada umumnya.
Pemandangan kedua adalah suasana sore menjelang buka puasa di jalan. Banyak muda-mudi sedang ngabuburit yang diikuti penampilan semacam marching band dan bagi-bagi takjil.
Saat pulang, tidak memungkinkan menggunakan bus Trans Jateng kembali, kami ikut patungan membayar transportasi online bareng para bloger. Meski lebih mahal dari harga tiketing bus, setidaknya tidak ribet menuju pulang.
..
Perjalanan kami selesai sudah dengan sampai tujuan dengan selamat. Begitulah pengalaman kami kali ini yang pertama kali naik bus Trans Jateng.
Meski terlambat, kami menikmati setiap perjalanan. Menyenangkan tentu saja untuk mendapatkan pengalaman. Menyedihkan, selalu ada dalam cerita.
Di masa depan, maksud kami bila ada perjalanan seperti ini lagi keluar dari Semarang, kami harus memikirkan durasi waktunya.
Hemat boleh saja berharap, namun tanpa strategi waktu dan kondisi (baca keuangan), bisa saja ceritanya jadi berbeda.
Artikel terkait :
- Pertama Kali Melihat Pengemudi Perempuan yang Mengemudikan Bus Trans Semarang
- [Review] Seperti Apa Shelter Baru Bandara Bus Trans Semarang
- [Review] Bayar Pakai Go-Pay Naik Bus Trans Semarang
- Berkunjung Ke Kantor BRT Trans Semarang
- Lainnya
Informasi Kerjasama
Hubungi lewat email dotsemarang@gmail.com
Atau klik DI SINI untuk detail lebih lengkap
Post a Comment