Ada yang bilang, balapan mobil dimulai 5 menit setelah mobil kedua diciptakan. Tentu meski asyik untuk tau mobil mana yang lebih baik, namun sepertinya akan lebih seru kalau persyaratan balapannya cukup berat seperti menempuh 700an kilometer dari Jakarta menuju Surabaya misalnya. Dan inilah yang terjadi ketika balapan tersebut dilakukan.
Alkisah pada tahun 1911, Jakarta (Batavia) dan Surabaya yang berjarak sekitar 780Km melalui tol trans Jawa hanya bisa ditempuh menggunakan kereta api atau kapal laut saja. Waktu tempuh yang dilalui juga sangat lama bahkan bisa lebih dari 24 jam menggunakan 2 transportasi andalan tersebut. Oleh karena itu, menyatukan kedua pusat perekonomian Jawa, Hindia Belanda (Indonesia) ini sudah merupakan prestasi sendiri lebih-lebih lama waktu tempuhnya bisa kurang dari 24 jam.
Karena itulah sebuah majalah olah raga "Het Algemeen Sportblad" yang diterbitkan oleh Jawa Motor Club mengorganisir sebuah acara balap reli yang dimulai dari Jakarta dan finish di Surabaya dengan nama Tour de Java. Aturannya cukup sederhana, siapa yang tiba di Surabaya lebih dulu dialah pemenangnya. Total ada 4 peserta yang mendaftar, namun disaat terakhir 2 mengundurkan diri sehingga hanya tersisa 2 peserta yang masing-masing mengendarai mobil Charron dan Delaunay Belleville yang merupakan mobil Perancis. Kru yang menaiki mobil Charron adalah importir mobil Charron asal Perancis sebagai supir bernama Decnop, Van der Hoeven sebagai co driver, seorang montir pribumi, dan wartawan surat kabar "De Locomotief" Semarang bernama Du Croo. Kru yang menaiki mobil Delaunay sendiri adalah Van Tienen sebagai supir, Verhagen sebagai co driver, seorang montir pribumi dan wartawan "Het Nieuwes van den Dag" terbitan Jakarta bernama Karel Wijbranda.
Hari Sabtu tanggal 10 Mei sore di jalan Matraman Raya, Jakarta ditengah kerumunan masa yang menonton dilakukan start pada reli pertama di Indonesia ini. Karena tenaga mesin mobil Delaunay lebih besar 2 kali lipat dibandingkan tenaga mesin mobil Charron, jadilah mobil Charron memulai lomba terlebih dahulu 15 menit. Cuaca saat itu sudah mulai gelap tidak menyurutkan antusiasme penonton dan peserta. Nyali para peserta juga tidak surut meski mereka tau kalau diperjalanan nantinya jalanan yang dilalui gelap meski sudah diterangi dengan lampu kendaraan masing-masing yang tentu tidak seterang mobil jaman sekarang. Belum lagi berhubung Jawa jaman itu masih banyak kawasan hutan dan banyak begalnya.
Peserta Decnop sudah siap dibelakang kemudi dan ketika mobil berhasil diengkol saat start, mulailah perlombaan yang kemudian dicatatat oleh wartawan yang berada dimasing-masing mobil. Dari jalan Matraman, mobil melaju menuu Bogor melalui Meester Cornelis (Jatinegara), Bidara Cina, Cimanggis, Cibinong dan seterusnya menuju kearah Bogor yang saat itu jalan inilah satu-satunya jalan yang tersedia.
Berdasarkan catatan yang ditulis Du Croo, pada pukul setengah 7, seekor anjing tergilas, pukul 7 lewat 5 menit mulai nampak lampu-lampu di Bogor yang kemudian anjing kedua tergilas ketika melalui jalan mendaki. Pukul setengah 8 mulai melewati wilayah Sukabumi lalu pukul 8.15 malam anjing ketiga tergilas mobil Charron. Dalam waktu 2 setengah jam, mobil Charron sudah menempuh jarak sekitar 120Km melalui jalanan yang cukup sulit karena belum terbangun.
Sialnya, ketika berada disekitar wilayah Cianjur dekat gunung Masigit, mobil Charron ini mengalami kecelakaan. Mobil terbalik dan menimpa semu kru termasuk wartawan Du Croo yang berusaha tidur dimobil. Beruntung seluruh kru selamat meski mobil mengalami beberapa kerusakan. Para kru kemudian mulai membalikkan mobil sambil menginventarisir apa saja bagian yang rusak. Kru kemudian mendorong mobil yang terperosok keluar dan ketika mencoba menghidupkan kembali mobil, semua gembira karena mobil masih bisa melaju.
Namun kegembiraan ini tidak belangsung lama karena ternyata mobil Delaunay yang dikemudikan Van Tienen melintas dan membunyikan tuter (klakson) sambil menawari bantuan meski akhirnya ditolak. Karena sudah tersusul, Decnop kemudian bergegas memasang ban baru sementara der Hoeven mengetok spakbor yang penyok. sebelum waktu menunjukkan pulul 10, semua perbaikan sudah selesai. Meski hampir seluruh tim sudah merasa inilah waktunya untuk menyerah berhubung mobil Delaunay sudah lewat 45 menit sebelumnya, namun semangat membalap Decnop tidak pudar dan berniat untuk melanjutkan sampai garis finish.
Setelah ngebut selama 1 jam, kru sudah berada dikota Cimahi. Sepuluh menit kemudian, kru sudah berada di Hotel Preanger jalan Asia Afrika Bandung untuk melakukan pit stop berupa mengisi bensin, oli dan air. Kedatangan Decnop ini kemudian disambut oleh anggota SOS Bandung juga para tamu hotel yang ingin menyaksikan peserta Tour de Java pertama. Sebagai wartawan, Du Croo kemudian mulai mengirimkan pesan berupa berita ini melalui telegram ke kantornya. Setelah itu, para kru kemudian melanjutkan usahanya mengejar mobil Delaunay dan ketika sampai diwilayah Sumedang, Van de Hoeven menggantikan Decnop sebagai pengemudi.
Mulai pukul 3 pagi, peserta sudah memasuki wilayah Cirebon. Masyarakat Cirebon cukup antusias menyaksikan Tour de Java dengan menunggu dipinggir jalan untuk memberi makanan dan minuman kepada peserta meski masih menggunakan baju piyama. Dari informasi yang didapat dari masyarakat Cirebon, Decnop mengetahui kalau mobil Delaunay baru saja lewat sekitar 20 menit yang lalu. Dengan semangat, Decnop kemudian mulai tancap gas untuk menyusul lawannya dan bertekad sebelum masuk Semarang mobilnya harus sudah menyusul lawannya yang memiliki tenaga lebih besar. Tentu bukan hal mudah mengingat mobilnya memiliki tenaga yang lebih kecil juga medan yang dilalui cukup sulit berhubung saat itu jalanan masih banyak berlubang dan banyak jembatan kayu yang mengharuskan mobil untuk berjalan pelan.
Pukul 4 pagi, warga Tegal yang baru saja bangun tidur memberikan informasi bahwa mobil Delaunay baru saja lewat 5 menit yang lalu. Mendengar hal ini, Decnop dan seluruh kru tertawa sebab dalam beberapa menit lagi mereka sudah bisa mengejar mobil Delaunay. Benar saja, dalam beberapa menit kemudian debu yang dihasilkan mobil Delaunay mulai terlihat didepan mobil Charron. Karena pengelihatan cukup terganggu dengan adanya debu tersebut, Decnop memutuskan untuk mulai menyalib ketika sudah terang berhubung fajar mulai terlihat diufuk timur. Tepat ditanjakan Plelen, suara tuter (klakson) yang dibunyikan Van de Hoeven tidak didengar oleh pengemudi Delaunay sehingga Van de Hoeven mulai ambil resiko untuk menyalip dan sukses sampai akhirnya kru mobil Delaunay harus makan debu yang dihasilkan mobil Charron.
Pukul setengah 7, para peserta sudah sampai di Kendal dan pukul 6.50 para peserta sudah masuk kekota Semarang. Lanjut ke Demak dan Kudus, mobil Charron tidak mengalami masalah apapun. Ketika melintasi kali Juana, mobil harus naik perahu tambang karena tidak adanya jembatan saat itu. Setelah menyebrangi sungai, mobil melaju sampai ke Rembang dan menyentuk top speed 85Km/jam dibeberapa titik.
Mobil terus meluncur sampai wilayah Gresik dan kemudian sampailah diwilayah kota Surabaya. Disinilah kru mobil Charron memenangkan perlombaan dan mendapat piala beserta hadiah yang disediakan oleh "Het Sportblad". Total waktu yang ditempuh peserta adalah 19 jam 26 menit dan menjadi rekor baru karena inilah pertama kalinya Jakarta Surabaya bisa ditempuh dalam waktu kurang dari 24 jam. Kecepatan rata-rata yang ditempuh mobil Charron ini hanya 44Km/jam saja.
Bagaimana nasib mobil Delaunay? setelah disalib mobil Charron, Karel Wijbrands dan mobilnya mengalami kecelakaan membentur batu lalu terjungkal. Para kru baik-baik saja kecuali Karel Wijbrands yang harus diangkut kerumah sakit. Setelah kecelakaan ini, otomatis mobil Charron sudah tidak lagi mendapat perlawanan dan baru dinyatakan menang ketika menyentuh garis finish.
Alkisah pada tahun 1911, Jakarta (Batavia) dan Surabaya yang berjarak sekitar 780Km melalui tol trans Jawa hanya bisa ditempuh menggunakan kereta api atau kapal laut saja. Waktu tempuh yang dilalui juga sangat lama bahkan bisa lebih dari 24 jam menggunakan 2 transportasi andalan tersebut. Oleh karena itu, menyatukan kedua pusat perekonomian Jawa, Hindia Belanda (Indonesia) ini sudah merupakan prestasi sendiri lebih-lebih lama waktu tempuhnya bisa kurang dari 24 jam.
Karena itulah sebuah majalah olah raga "Het Algemeen Sportblad" yang diterbitkan oleh Jawa Motor Club mengorganisir sebuah acara balap reli yang dimulai dari Jakarta dan finish di Surabaya dengan nama Tour de Java. Aturannya cukup sederhana, siapa yang tiba di Surabaya lebih dulu dialah pemenangnya. Total ada 4 peserta yang mendaftar, namun disaat terakhir 2 mengundurkan diri sehingga hanya tersisa 2 peserta yang masing-masing mengendarai mobil Charron dan Delaunay Belleville yang merupakan mobil Perancis. Kru yang menaiki mobil Charron adalah importir mobil Charron asal Perancis sebagai supir bernama Decnop, Van der Hoeven sebagai co driver, seorang montir pribumi, dan wartawan surat kabar "De Locomotief" Semarang bernama Du Croo. Kru yang menaiki mobil Delaunay sendiri adalah Van Tienen sebagai supir, Verhagen sebagai co driver, seorang montir pribumi dan wartawan "Het Nieuwes van den Dag" terbitan Jakarta bernama Karel Wijbranda.
Hari Sabtu tanggal 10 Mei sore di jalan Matraman Raya, Jakarta ditengah kerumunan masa yang menonton dilakukan start pada reli pertama di Indonesia ini. Karena tenaga mesin mobil Delaunay lebih besar 2 kali lipat dibandingkan tenaga mesin mobil Charron, jadilah mobil Charron memulai lomba terlebih dahulu 15 menit. Cuaca saat itu sudah mulai gelap tidak menyurutkan antusiasme penonton dan peserta. Nyali para peserta juga tidak surut meski mereka tau kalau diperjalanan nantinya jalanan yang dilalui gelap meski sudah diterangi dengan lampu kendaraan masing-masing yang tentu tidak seterang mobil jaman sekarang. Belum lagi berhubung Jawa jaman itu masih banyak kawasan hutan dan banyak begalnya.
Peserta Decnop sudah siap dibelakang kemudi dan ketika mobil berhasil diengkol saat start, mulailah perlombaan yang kemudian dicatatat oleh wartawan yang berada dimasing-masing mobil. Dari jalan Matraman, mobil melaju menuu Bogor melalui Meester Cornelis (Jatinegara), Bidara Cina, Cimanggis, Cibinong dan seterusnya menuju kearah Bogor yang saat itu jalan inilah satu-satunya jalan yang tersedia.
Berdasarkan catatan yang ditulis Du Croo, pada pukul setengah 7, seekor anjing tergilas, pukul 7 lewat 5 menit mulai nampak lampu-lampu di Bogor yang kemudian anjing kedua tergilas ketika melalui jalan mendaki. Pukul setengah 8 mulai melewati wilayah Sukabumi lalu pukul 8.15 malam anjing ketiga tergilas mobil Charron. Dalam waktu 2 setengah jam, mobil Charron sudah menempuh jarak sekitar 120Km melalui jalanan yang cukup sulit karena belum terbangun.
Sialnya, ketika berada disekitar wilayah Cianjur dekat gunung Masigit, mobil Charron ini mengalami kecelakaan. Mobil terbalik dan menimpa semu kru termasuk wartawan Du Croo yang berusaha tidur dimobil. Beruntung seluruh kru selamat meski mobil mengalami beberapa kerusakan. Para kru kemudian mulai membalikkan mobil sambil menginventarisir apa saja bagian yang rusak. Kru kemudian mendorong mobil yang terperosok keluar dan ketika mencoba menghidupkan kembali mobil, semua gembira karena mobil masih bisa melaju.
Namun kegembiraan ini tidak belangsung lama karena ternyata mobil Delaunay yang dikemudikan Van Tienen melintas dan membunyikan tuter (klakson) sambil menawari bantuan meski akhirnya ditolak. Karena sudah tersusul, Decnop kemudian bergegas memasang ban baru sementara der Hoeven mengetok spakbor yang penyok. sebelum waktu menunjukkan pulul 10, semua perbaikan sudah selesai. Meski hampir seluruh tim sudah merasa inilah waktunya untuk menyerah berhubung mobil Delaunay sudah lewat 45 menit sebelumnya, namun semangat membalap Decnop tidak pudar dan berniat untuk melanjutkan sampai garis finish.
Setelah ngebut selama 1 jam, kru sudah berada dikota Cimahi. Sepuluh menit kemudian, kru sudah berada di Hotel Preanger jalan Asia Afrika Bandung untuk melakukan pit stop berupa mengisi bensin, oli dan air. Kedatangan Decnop ini kemudian disambut oleh anggota SOS Bandung juga para tamu hotel yang ingin menyaksikan peserta Tour de Java pertama. Sebagai wartawan, Du Croo kemudian mulai mengirimkan pesan berupa berita ini melalui telegram ke kantornya. Setelah itu, para kru kemudian melanjutkan usahanya mengejar mobil Delaunay dan ketika sampai diwilayah Sumedang, Van de Hoeven menggantikan Decnop sebagai pengemudi.
Mulai pukul 3 pagi, peserta sudah memasuki wilayah Cirebon. Masyarakat Cirebon cukup antusias menyaksikan Tour de Java dengan menunggu dipinggir jalan untuk memberi makanan dan minuman kepada peserta meski masih menggunakan baju piyama. Dari informasi yang didapat dari masyarakat Cirebon, Decnop mengetahui kalau mobil Delaunay baru saja lewat sekitar 20 menit yang lalu. Dengan semangat, Decnop kemudian mulai tancap gas untuk menyusul lawannya dan bertekad sebelum masuk Semarang mobilnya harus sudah menyusul lawannya yang memiliki tenaga lebih besar. Tentu bukan hal mudah mengingat mobilnya memiliki tenaga yang lebih kecil juga medan yang dilalui cukup sulit berhubung saat itu jalanan masih banyak berlubang dan banyak jembatan kayu yang mengharuskan mobil untuk berjalan pelan.
Pukul 4 pagi, warga Tegal yang baru saja bangun tidur memberikan informasi bahwa mobil Delaunay baru saja lewat 5 menit yang lalu. Mendengar hal ini, Decnop dan seluruh kru tertawa sebab dalam beberapa menit lagi mereka sudah bisa mengejar mobil Delaunay. Benar saja, dalam beberapa menit kemudian debu yang dihasilkan mobil Delaunay mulai terlihat didepan mobil Charron. Karena pengelihatan cukup terganggu dengan adanya debu tersebut, Decnop memutuskan untuk mulai menyalib ketika sudah terang berhubung fajar mulai terlihat diufuk timur. Tepat ditanjakan Plelen, suara tuter (klakson) yang dibunyikan Van de Hoeven tidak didengar oleh pengemudi Delaunay sehingga Van de Hoeven mulai ambil resiko untuk menyalip dan sukses sampai akhirnya kru mobil Delaunay harus makan debu yang dihasilkan mobil Charron.
Pukul setengah 7, para peserta sudah sampai di Kendal dan pukul 6.50 para peserta sudah masuk kekota Semarang. Lanjut ke Demak dan Kudus, mobil Charron tidak mengalami masalah apapun. Ketika melintasi kali Juana, mobil harus naik perahu tambang karena tidak adanya jembatan saat itu. Setelah menyebrangi sungai, mobil melaju sampai ke Rembang dan menyentuk top speed 85Km/jam dibeberapa titik.
Mobil terus meluncur sampai wilayah Gresik dan kemudian sampailah diwilayah kota Surabaya. Disinilah kru mobil Charron memenangkan perlombaan dan mendapat piala beserta hadiah yang disediakan oleh "Het Sportblad". Total waktu yang ditempuh peserta adalah 19 jam 26 menit dan menjadi rekor baru karena inilah pertama kalinya Jakarta Surabaya bisa ditempuh dalam waktu kurang dari 24 jam. Kecepatan rata-rata yang ditempuh mobil Charron ini hanya 44Km/jam saja.
Bagaimana nasib mobil Delaunay? setelah disalib mobil Charron, Karel Wijbrands dan mobilnya mengalami kecelakaan membentur batu lalu terjungkal. Para kru baik-baik saja kecuali Karel Wijbrands yang harus diangkut kerumah sakit. Setelah kecelakaan ini, otomatis mobil Charron sudah tidak lagi mendapat perlawanan dan baru dinyatakan menang ketika menyentuh garis finish.
Post a Comment